Selasa, 14 Juli 2009

sedekah

SEDEKAH
Siapa yang lebih bahagia, pemberi sedekah atau penerima sedekah? Sekilas, nampak kebahagiaan hanya terpancar dari raut wajah penerima. Ia terlihat sumringah saat menggenggam uang sedekah dari yang memberi. Tak lupa, sekelumit doa dan rasa syukur dihaturkan untuk orang yang memberinya sedekah sebagai ungkapan terima kasih. Beberapa penerima, bahkan tak sungkan mencium punggung tangan orang yang telah menyisihkan hartanya untuk mereka. Beginilah pemandangan yang senantiasa tampak dalam setiap episode sedekah berlangsung. 

Demikiankah sesungguhnya? Benarkah penerima sedekah jauh lebih berbahagia tinimbang yang bersedekah? bukankah justru seharusnya penyedekah itu yang berbahagia? 

Setidaknya ada dua tingkatan tujuan sedekah bagi para penerimanya. 
1. diharapkan setelah menerima sedekah, mereka mencapai tingkatan berdaya.
 Setidaknya, dalam rentang beberapa waktu mereka tidak lagi menjadi orang-orang menerima sedekah. Orang-orang yang biasa menerima sedekah ini, seharusnya di waktu tertentu sudah bisa memberdayakan diri mereka sendiri. Tak perlu menengadahkan tangan, meminta-minta dan berharap belas kasihan para penderma. Mereka tak lagi menerima sedekah karena sudah tidak membutuhkan. Meski demikian, dalam tingkatan ini mereka belum menjadi penyedekah. Tingkatan kedua, yakni mereka berubah status dari penerima menjadi pemberi sedekah. Ini yang paling diharapkan, kalau satu tahun lalu -misalnya- mereka masih menjadi penerima sedekah, seharusnya di tahun berikutnya merekalah para penyedekah yang berniat memberdayakan orang-orang yang disedekahinya. 

Karenanya, sedekah bukan sekadar menaruh uang di kotak amal. Atau mengumpulkan para fakir miskin, anak yatim, kemudian membagi-bagikan amplop, lantas selesai. Para penyedekah tak selesai kewajibannya hanya sampai sebatas memberi. Ada kewajiban lainnya, yakni tak membiarkan penerima sedekah menjadi orang-orang yang berketergantungan dengan sedekah. Jangan sampai ada orang yang 'menikmati' hidup dengan pemberian orang lain. Ada kewajiban bagi para penyedekah, yakni membuat penerima sedekah itu menjadi orang-orang yang berdaya. Setidaknya hingga mereka sanggup mencapai tingkatan tak lagi bergantung pada sedekah dan bisa menghidupi diri dan keluarganya sendiri. 

Sedekah itu tanpa batas. Nilai dan jumlahnya tak dibatasi, penerima sedekahnya juga tidak terbatas. Artinya, penyedekah bisa memberikannya kepada siapa saja, dari yang terdekat hingga terjauh sekali pun. Tak hanya itu, waktu untuk bersedekah pun tak pernah dibatasi. Tak hanya di bulan-bulan tertentu saja, melainkan sepanjang waktu. Selama seseorang mampu untuk bersedekah, baik di waktu sempit mau pun lapang, maka bersedekah dianjurkan. 

Nah, lantaran sedekah itu tanpa batas, maka tidak pernah dibatasi jumlah yang boleh disedekahkan. Tidak ada nisab untuk sedekah, selama ia mampu maka teruslah bersedekah. Tidak pernah ada ketentuan seseorang sudah boleh bebas tak bersedekah karena sudah terlalu sering bersedekah. Dan yang terpenting, tidak pernah tertulis dalam sejarah ada orang yang jatuh miskin lantaran bersedekah. 

Sebab, semua orang yang pernah dan selalu bersedekah tahu betul, bahwa sedekah membuat mereka kaya dan bahagia. Siapa yang tak bahagia berniaga dengan Allah? Kita mendapatkan modal dari Allah, berupa diri dan harta yang kita miliki saat ini. Kemudian dari modal yang dipinjamkan Allah itu, kita diajak berniaga oleh-Nya dengan tawaran keuntungan yang tidak bisa diberikan oleh pedagang terbesar mana pun di dunia ini. Tak tanggung-tanggung, keuntungan berniaga dengan Allah adalah mendapatkan ampunan dari Allah, kemudian Allah akan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. 
Padahal, yang diminta Allah kepada kita adalah, beriman kepada-Nya dan rasul-Nya, kemudian Allah juga meminta kita berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kita. Bayangkan, Allah meminta kita menukar harta dan jiwa ini –yang keduanya milik Allah dan hanya dipinjamkan kepada manusia- dengan balasan surga-Nya. Perniagaan indah nan menguntungkan ini Allah gambarkan dalam Qur'an Surat Shaffat (37) ayat 10-12. 

Adakah yang mampu memberikan keuntungan lebih besar dari Allah? Tak bahagiakah orang-orang yang mau berniaga dengan Allah. Bukankah seharusnya orang-orang yang bersedekah jauh lebih bahagia, karena ia telah melakukan perniagaan dengan Allah? 

Sedekah itu membahagiakan. Siapakah yang dimaksud? Tentu saja yang bersedekah, sebab selain ia telah mendapatkan kesempatan mengenyam surga Allah, kebahagiaan pula bisa melihat senyum orang-orang yang mendapat sedekah. Tak hanya itu, sedekah masih memberikan banyak manfaat bagi pelakunya, antara lain dilipatgandakannya harta kita, dijauhkan dari bahaya, diberikan kesehatan, dan tentu saja menenangkan jiwa. 

Adakah yang tak menginginkan kebahagiaan seperti itu? Sungguh, khasiat sedekah hanya satu bagi penerima. Namun terdapat jutaan khasiat yang diperoleh bagi pelakunya. Maka, bersegeralah meraihnya. (gaw) 
 
Sedekah adalah satu kebajikan yang sangat dituntut dalam Islam. Allah memberi amaran kepada mereka yang bakhil melaui firman-Nya, 
“ Dan jangan sekali-kali orang yang bakhil dengan harta benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka daripada kemurahan-Nya menyangka bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan ia adalah buruk bagi mereka. Mereka akan dikalungkan dengan (diseksa) apa yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak. (Ali-Imraan : 180)
 
1. Apakah konsep sedekah dalam Islam?
 
Sedekah adalah satu pemberian ikhlas sama ada benda itu sesuatu yang kita sayang atau tidak. Asas penting yang perlu ada adalah keikhlasan. Maknanya kita tidak mengharapkan sebarang pembalasan apabila bersedekah. Sedekah lebih menjurus kepada barang seperti makanan dan pakaian yang boleh dimanfaatkan oleh orang lain. Wakaf pula ialah pembelian barangan untuk kegunaan masjid, surau, rumah anak yatim atau sebagainya. 
Contohnya, kita membeli kipas angin, penghawa dingin, tikar atau al-Quran untuk digunakan oleh masyarakat umum di premis tersebut. Saranan bersedekah ini dijelaskan oleh Allah menerusi firman-Nya, 
“ Kalau kamu zahirkan sedekah itu, maka itu adalah baik. Dan kalau pula kamu sembunyikan sedekah itu serta kamu berikan kepada orang fakir miskin, maka itu adalah baik bagi kamu; dan Allah akan hapuskan daripada kamu sebahagian daripada kesalahanmu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan.” (al-Baqarah:271)
 
2. Kebanyakan umat Islam beranggapan bersedekah mesti melibatkan wang ringgit dan berbentuk material sahaja. Adakah tanggapan ini benar?
 
Itu adalah tanggapan yang silap. Sedekah tidak semestinya dengan wang ringgit sahaja. Rasulullah pernah bersabda, kalau tidak boleh memberi sesuatu benda, senyumlah kerana senyuman adalah sedeka. Begitu juga membuang duri di jalanan adalah sedekah hatta berkata-kata perkara yang baik pun termasuk dalam sedekah. Ini terkandung dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Ternyata sedekah itu bukanlah perkara yang sukar dilakukan. Ini juga memberi semangat kepada golongan yang kurang berada bahawa pintu bersedekah ini terbuka luas bukan hanya kepada golongan kaya. Ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah, daripada Jabir bin Abdullah, katanya: 
Rasulullah pernah bersabda, “ Tiap-tiap perkara yang maaruf menjadi sedekah. Antara perkara yang maaruf itu hendaklah engkau (semasa) bertemu dengan saudaramu (sesame anak Adam) biarlah dengan muka yang manis dan (kalau ada yang meminta air) hendaklah engkau tuangkan timbamu ke dalam bekas air yang di bawanya.” (Riwayat Imam Ahmad).
Orang kaya dan orang miskin masing-masing digalakkan bersedekah menurut kemampuannya. Tetapi orang miskin yang bermurah hati ingin bersedekah boleh bersedekah ala kadarnya asalkan tidak menyusahkan diri sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Sesudah itu kalau ada yang berlebih daripada yang diperlukannya, baharulah boleh disedekahkan sebahagian daripadanya kepada orang lain.  
Hadis ini menerangkan satu dasar atau kaedah umum dalam Islam bahawa tiap-tiap perbuatan yang baik adalah menjadi sedekah dan sedekah itu pula membawa rahmat di dunia dan akhirat. Ia juga mendidik supaya setiap orang sentiasa bermuka manis dan berbudi bahasa semasa berhubung dengan orang lain. Selain itu, ia menegaskan bahawa segelas air sejuk sekalipun yang diberikan kepada orang yang memintanya adalah termasuk dalam perkara-perkara yang baik dan berpahala.
 
3. Apakah maksud sedekah jariah?
 
Sedekah jariah ini adalah pemberian yang bermanfaat dan yang baik. Paling utama adalah memberi sesuatu yang menjadi kesayangan kita atau yang setaraf dengannya, Ini bertepatan dengan firman Allah, “ Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan sebahagian daripada apa yang kamu sayangi. (Ali-Imraan : 92)
Dalam satu hadis, Rasulullah bertanya kepada Saidina Ali, “Wahai Ali, apa yang engkau suka dalam dunia, Ali menjawab, memberi makan apa yang aku makan.” Oleh itu, jika berniat untuk bersedekah kepada jiran, elok memberi makanan yang sama dengan yang kita makan. Contohnya, kalau beli kepala ikan, pastikan yang sedekahkan itu juga kepala ikan bukan isi ikan. Dengan kata lain, jangan kita sedekah sesuatu yang kita sendiri tidak mahu dan ia pula tidak lagi boleh digunakan atau dipakai.
 
4. Apakah fadilat bersedekah?
 
Sedekah ini fadilat utamanya ada tiga iaitu rezeki murah, dapat menolak bala dan panjang umur. Sebabnya, apabila kita bersedekah, penerimanya akan mengucapkan alhamdulillah sebagai tanda penghargaan kepada Allah dan juga kepada manusia yang memberikan sumbangan. Ini juga dijelaskan dalam hadis yang bermaksud, “ Sesiapa yang tidak mengasihani tidak akan dikasihani.”

 
Apabila kita bersedekah hendaklah kita mendahulukan orang yang dekat dengan kita termasuk adik beradik dan juga jiran tetangga sebelum menghulur bantuan kepada orang lain. Ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Antara lain ia menyusun keutamaan bersedekah kepada diri sendiri, isteri, anak, orang gaji dan jika masih ada sedekahlah kepada sesiapa yang memerlukan. Jika masih ada golongan fakir dan miskin di negara kita, lebih baik kita bersedekah kepada mereka sebelum bersedekah kepada penduduk luar negara.
 
5. Bolehkan kita bersedekah kepada orang kaya?
 
Sedekah kepada orang kaya tidak mencapai matlamat bersedekah unutk mereka yang memerlukan. Dalam hal ini, saya suka menyentuh dalam hal bab daging korban. Sepatutnya golongan kaya tidak perlu mengambil daging korban. Ia patut diberi kepada orang yang lebih memerlukan. Ada golongan fakir yang berada di luar bandar yang hidup mereka sangat daif . Golongan beginilah yang patut diutamakan. 

 
Bagi orang berada pula, mereka yang berhajat menunaikan ibadat korban eloklah mencari kawasan yang mempunyai fakir miskin ataupun negara jiran yang memerlukan. Semua ini hanya boleh dicapai jika nafsu tunduk kepada agama dan akal. Ini kerana nafsu ini tidak pernah puas. Bagi mencapai tingkatan nafsu mutmainnah, nafsu perlu dididik dengan agama, ilmu, amal dan akal. Selagi ini berlaku, manusia akan selamat.

Sedekah menyimpan misteri tersendiri bagi umat manusia. Sedekah bisa mendatangkan berkah, bahkan terkadang berkah itu nyata. Banyak yang sudah membuktikan hal ini. Silahkan aja anda “googling”. Lalu bagaimana jika bisnis kita dihiasi juga dengan sedekah? Hemmm pasti akan indah. Berkah pasti akan selalu tercurahkan pada bisnis anda.
Saya ingat betul, pada tahun 2000 an saya pernah kecewa dengan yang namanya sedekah. Bayangkan, saya punya sebuah bisnis yang menghasilkan banyak profit waktu itu. Setelah membaca sebuah buku yang membahas tentang sedekah, saya pun mempraktekkan. Eh, hasilnya tidak seperti yang dituliskan di buku. Malahan usaha saya semakin merosot dan akhirnya tutup. Tapi akhirnya saya sadar, saya tidak mau berburuk sangka kepada Allah. Saya tetap berfikir positif menghadapi masalah ini, dan akhirnya semua saya kembalikan pada Allah. Mungkin saya kurang iklas, atau memang Allah punya rencana lain yang lebih bagus bagi bisnis saya ke depan.
Akhirnya sedekah benar-benar terbukti bagi saya. Saat saya menjual inventaris kantor, saya banyak bertemu dengan orang-orang yang memberi inspirasi bisnis baru bagi saya. Beberapa orang bekerjasama dengan saya dan beberapa yang lain saya ambil sebagai ide bisnis usaha saya yang lain.
Dari pengalaman saya di atas, akhirnya bisa saya ambil kesimpulan; iklas dan tetap berfikir positif adalah kunci utama bersedekah untuk kelancaran bisnis kita. Jika efek sedekah tidak kita rasakan sekaligus seperti cerita kebanyakan orang, pasti akan kita rasakan saat kita benar-benar membutuhkannya. Ingat Allah sudah berjanji untuk melipat gandakan setiap sedekah yang telah kita keluarkan, sekecil apapun itu.

Tidak ada komentar: